Senin, 23 September 2013

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE

A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative
1)      Cooperative Learning
Sistem pembelajaran gotong-royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberikan kesempatan kepada pesarta didik untuk bekerja sama dengan sesame peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran cooperative dikenal dengan pembelajaran yang berkelompok. Tetapi belajar cooperative lebih dari sekedar belajar kelompok, karena dalam cooperative ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif diantara anggota kelompok.
2)      Ciri-ciri Model Pembelajaran Cooperative
Ø  Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.
Ø  Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Ø  Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda.
Ø  Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
3)      Tujuan dan hasil belajar pada pembelajaran cooperative
Setidaknya ada 3 tujuan pembelajaran penting dalam model pembelajaran cooperative, antara lain :
Ø  Hasil belajar akademik
Ø  Penerimaan terhadap perbedaan individu
Ø  Pengembangan keterampilan social.
B. Pengertian Think-Pair-Share (TPS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan.
Pada kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik perlu dipupuk suasana persaingan. Peserta didik harus diberi pengertian bahwa orang yang memberi ilmu justru akan lebih memperkaya orang yang memberinya. Sambil menjelaskan kepada temannya ia akan lebih menguasai materi itu.
Karakteristik model TPS, peserta didik dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan KBM juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi peserta didik. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah peserta didik dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
C. Langkah-langkah model pembelajaran kooperative tipe Think Pair and Share adalah sebagai berikut:
·         Langkah 1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta peserta didik menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri.
·         Langkah 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dan berdiskusi dengan peserta didik lain untuk menyatukan jawaban yang sudah mereka peroleh. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
·         Langkah 3. Sharing (berbagi)
Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian. Dalam hal ini dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :
a.          Semua peserta didik menulis jawabannya di papan tulis pada saat yang sama.
b.         Para peserta didik memberikan jawaban dengan cepat dan peserta didik lain menanggapi dengan cepat.
c.          Semua peserta didik memberikan jawabannya dengan cara berdiri kemudian duduk kembali. Dan setiap peserta didik yang memberikan jawaban yang sama dengan peserta didik yang menulis di papan tulis ikut duduk. Proses ini dilanjutkan sampai semua peserta didik duduk.
d.         Setiap peserta didik berbagi jawaban dengan peserta didik dengan kelompok yang lain. 
E.  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair and Share
1.      Kelebihan
·         Proses kegiatan belajar mengajar tidak bergantung pada guru. Dengan demikian, peserta didik dirangsang untuk lebih aktif sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari beberapa sumber, dan dapat saling dan bertukar informasi antar peserta didik.
·         Memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
·         Peserta didik dapat memiliki kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.
2.      Kekurangan
·         Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
·         Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga, untuk itu guru harus membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
·         Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.
F. Manfaat Model Pembelajaran Think-Pair-Share adalah:
(1)    Para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak peserta didik yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para peserta didik mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
(2)    Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban peserta didik, mengamati reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
G. Kesimpulan
Kegiatan model pembelajaran Think-Pair-Share dapat mengembangkan pemikiran peserta didik secara individu karena adanya waktu berpikir, sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena banyak peserta didik yang terlihat antusias saat proses belajar mengajar berlangsung.
Dengan menggunakan model pembelajran kooperatif learning tipe TPS, sebelum berdiskusi secara kelompok, peserta didik berupaya berpikir terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan pasangannya sehingga peserta didik telah mempunyai bahan untuk dibawa dalam diskusi kelompok. Dengan demikian peserta didik akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar